Patofisiologi
Terapan
2.3.1
Definisi
Myofascial sindrom m.levator scapula
merupakan sebuah sindrome yang muncul akibat teraktivasinya sebuah atau beberapa
trigger point dalam serabut otot dan sering tidak terdiagnosis, myofascial sindrome terjadi karena
cedera otot atau terjadi regangan secara berulang-ulang (Gejut, I Made,
2012).
Myofascial sindrom m.levator scapula
adalah area tender lokal, yang sering disebut titik pemicu, dalam otot yang
terlibat. Kadang-kadang band ketat otot serat dapat teraba dalam otot, ada
pembatasan gerakan pada peregangan kelompok otot yang terlibat dan mungkin ada
kelemahan pada isometrik kontraksi (Sambrook dkk, 2010).
2.3.2 Etiologi
Keadaan Myofasial sindrom m.levator scapula
disebabkan oleh akut overload otot,
karena kronis fatique berlebihan atau trauma langsung dan sering dipicu oleh menggunakan
keyboard dalam posisi abnormal dengan leher yang diputar, tetapi dapat terjadi
di olahraga misalnya berenang, dan sering rotasi leher (Sambrook dkk ,2010,
hal : 120-121).
2.3.3
Gambaran Klinis
Tanda-tanda dan
gejala-gejala yang ada pada kasus myofascial sindrom m.levator scapula ini adalah ngilu atau linu terasa saat leher
aktif bergerak terutama pada musculus
levator scapula, Nyeri palpasi (tenderness)
pada levator scapula,
nyeri tajam di sekitar leher,
sering memancar ke atas dan menyebabkan sakit kepala. Daerah leher menjadi
terasa meradang. Gerakan dapat terbatas di leher dan bahu, dengan nyeri dan
kekakuan memburuk ketika mencoba banyak gerakan
2.3.4 Pemeriksaan
2.3.4.1 Tes orientasi :
Rotasi leher : Terbatas/nyeri
2.3.4.2 PFD
Gerakan aktif : Fleksi, rotasi dan lateral fleksi :
ngilu/nyeri dan terbatas
Elevasi lengan/bahu : Ngilu/nyeri
Gerakan pasif : Ngilu/nyeri
Gerakan TIMT : Kadang (-)
2.3.5 Diagnosis Medis
Myofascial sindrom m.
levator scapula
Gambar
2.8 titik nyeri m.levator scapula
2.3.6 Prognosis
Merupakan ramalan
mengenai penyakit yang dapat meliputi berbagai aspek:
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanam : Bonam
Qua ad fungsional : Bonam
Qua ad cosmeticam : Bonam
2.4 Deskripsi Problematika
Fisioterapi
Problematika
yang sering terjadi pada kondisi myofascial sindrom levator scapula sebenarnya
sangat komplek sehingga dapat menimbulkan berbagai gamgguan yang meliputi
impairment, fungsional limitation dan disability.
2.4.1 Impairment
Problematika
yang muncul pada kondisi myofascial sindrom m.levator scapula adanya nyeri
tekan dan nyeri gerak pada musculus levator scapula, adanya keterbatasan gerak, ngilu atau linu terasa saat leher aktif
bergerak terutama pada musculus levator scapula, sering memancar ke atas dan
menyebabkan sakit kepala. Nyeri palpasi (tenderness) pada levator scapula.
2.4.2 Fungsional limitation
Pada fungsional
limitation adanya gangguan Activity of Daily Living seperti menoleh dan
mengangkat bahu.
2.4.3 Disability
Disability
merupakan ketidak mampuan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan pasien yaitu penderita mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas
karena adanya gangguan keterbatasan gerak pada leher dan adanya spasme.
Gangguan tersebut antara lain : keterbatasan gerak dan nyeri pada saat
menoleh dan mengangkat bahu.
2.5 Teknologi
Intervensi Fisioterapi
Teknologi yang digunakan untuk
mengurangi permasalahan yang timbul pada kondisi myofascial sindrom musculus
levator scapula adalah micro wave
diathermy (MWD), Senam Cailliet
exercise dan contract relax strecth (CRS), serta Friction.
2.5.1 MWD
(Microwave Diathermy)
Adalah
arus bolak-balik berfrekuensi dengan panjang gelombang 11 meter atau sering
disebut energi elektromagnetik 27 MHz, dan merupakan terapi panas yang dapat
digunakan pada tubuh yang mempunyai efek-efek (Sujatno, 1993).
2.5.1.1
Efek fisiologis
2.5.1.1.1 Perubahan panas dan temperatur
2.5.1.1.1.1
Reaksi lokal jaringan
Meningkatkan
metabolisme sel-sel lokal ±13% tiap kenaikan temperatur 10c,
meningkatkan vasomotion spincter sehingga timbul homestatik lokal dan akhirnya
terjadi vasodilatasi lokal.
2.5.1.1.1.2
Reaksi general
Aktifnya sistem thermoreguler
dihipotalamus yang mengakibatkan kenaikan temperatur tubuh secara general.
2.5.1.1.2 Concensual efek
Timbulnya efek panas pada sisi kolateral
dari segmen yang sama, penetrasi dan perubahan temperatur lebih dalam dan luas.
2.5.1.1.3 Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat
5-6 kali lebih baik seperti pada jaringan collagen kulit, otot, tendon,
ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya viscisitas matrik jaringan.
2.5.1.1.4 Jaringan otot
Selain meningkatkan elastisitas jaringan
otot, juga menurunkan tonus otot lewat normalisasi nocisensorik, kecuali
hipertonic otot akibat emosional.
2.5.1.1.5 Jaringan saraf
Jaringan saraf meningkatkan elastisitas
pembungkus jaringan saraf, meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan
ambang rangsangan.
2.5.1.2 Efek
terapeutik
2.5.1.1 Penyembuhan luka/ trauma pada
jaringan lunak, meningkatkan proses perbaikan
jaringan secara fisiologis dan pada fase remodeling.
2.5.1.2 Nyeri, hipertoni, gangguan
vascularisasi, menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot lewat efek sedatif,
perbaikan sistem metabolisme.
2.5.1.3 Gangguan
konduktivitasdan thermal jaringan saraf.
2.5.1.3 Indikasi
Beberapa contoh indikasi yang banyak digunakan :
2.5.1.1 Kelainan-kelainan pada tulang,
sendi dan otot misanya RA post traumatik.
2.5.1.2 Kelainan-kelainan pada saraf
perifer seperti neuropati dan neuralgia.
2.5.1.3
Kontra indikasi
Pemberian MWD harus memperhatikan hal-hal berikut :
Logam dalam tubuh, jaringan dan organ yang mempunyai
banyak cairan, gangguan sensibilitas, setelah menjalani terapi rontgen dan menstruasi.
2.5.2 Senam Cailliet
Exercise
Neck
Cailliet Exercise adalah
salah satu terapi latihan isometrik kontraksi dengan menahan tahanan maksimal
dan diakhiri dengan relaksasi. Metode Neck Cailliet Exercise dapat
digunakan untuk mengatasi spasme otot dan untuk memelihara atau meningkatkan
kekuatan otot leher untuk memperoleh ketahanan statis dan dinamis leher,
memelihara luas gerak sendi dan kelenturan leher, serta memperoleh postur yang benar
dengan terkoreksinya muscle imbalance (Rosyidi,2009).
Tahapan pelaksanaan senam menurut mardhotillah, 2010 :
2.5.2.1.Pemanasan:
2.5.2.1.1. Kepala menoleh ke kanan dan ke kiri dengan hitungan 8 kali.
2.5.2.1.2. Kepala di arah ke atas
dan ke bawah
2.5.2.1.3. Kepala diputar dari arah kanan ke kiri dan sebaliknya sebanyak 8 kali putaran.
2.5.2.2.Inti:
2.5.2.2.1. Letakkan kedua tangan di dagu dan dorong ke belakang, namun
kepala menekan ke arah depan (arahnya berlawanan) sehingga terasa jika ada
kontradiksi. Tujuannya untuk menguatkan otot cervical.
2.5.2.2.2. Letakkan tangan kanan di kepala bagian kanan, letaknya di atas
telinga. Lakukan tekan yang sama seperti gerakan pertama. Lakukan sekitar 5
hitungan atau 5 detik.
2.5.2.2.3. Lakukan hal yang sama pada sisi kepala bagian kiri.
2.5.2.2.4. Contract Relax
Stretching, kepala menunduk dan diputar keluar.
2.5.2.3.Penutup:
Gerakan hampir sama dengan pemananasan.
2.5.3
Friction (gerusan)
Adalah gerakan kecil dan dalam serta efek lokal pada
perlengketan jaringan
(kekakuan pada umumnya). Dan pada
kondisi tertentu manipulasi ini tidak dapat digunakan pada massage kesegaran
jasmani, karena tehnik ini pergerakannya putus-putus dan berbentuk sirkuler. Manipulasi Friction untuk merangsangi
serabut syaraf dan otot-otot yang terletak didalam dari permukaan tubuh (Tappan,
1988) .
Pelaksanaan
friction dapat menggunakan
ujung-ujung jari untuk daerah yang berlekuk-lekuk sempit, terutama untuk
otot-otot di kiri kanan ruas-ruas tulang belakang (Tappan, 1998).
2.5.3.1
Indikasi dan Kontra – indikasi
2.5.3.1.1 Indikasi
adalah suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat atau tepat diberikan, serta akan
memberi pengaruh yang positif terhadap tubuh:
2.5.3.1.1.1 Kelelahan
yang sangat
2.5.3.1.1.2
Otot kaku, lengket, tebal, dan nyeri sendi
2.5.3.1.1.3
Gangguan atau ketegangan syaraf, kelayuan atau kelemahan otot
2.5.3.1.2 Kontra-indikasi
2.5.3.1.2.1 Tubuh sedang
dalam keadaaan demam
2.5.3.1.2.2
Menderita penyakit menular (thypus, cacar, tuberculose paru-paru dan lain-lain)
2.5.3.1.2.3
Menderita pengapuran pembuluh darah arteri (arteriosclerosis)
2.5.3.1.2.4
Menderita penyakit kulit (eksema, luka-luka lama yang memborok dll)
2.5.3.1.2.5
Akibat benturan, keseleo, melakukan gerak tiba-tiba atau gerak yang berlebihan,
baik luka-luka di luar (terbuka) maupun di dalam jaringan (tertutup)
2.5.3.1.2.6
Bekas luka, bekas cedera, sendi yang terkilir, patah tulang
2.5.3.1.3 Efek dari massage friction :
2.5.3.1.3.1 Mobilisasi jaringan profundal
2.5.3.1.3.2 Meningkatkan aliran darah
2.5.3.1.3.3 Mengurangi terjadi hematoma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar