Senin, 21 Januari 2013

patofisiologi myofascial sindrom musculus levator scapula


Patofisiologi Terapan
2.3.1 Definisi
Myofascial sindrom m.levator scapula merupakan sebuah sindrome yang muncul akibat teraktivasinya sebuah atau beberapa trigger point dalam serabut otot dan sering tidak terdiagnosis, myofascial sindrome terjadi karena cedera otot atau terjadi regangan secara berulang-ulang (Gejut, I Made, 2012).
Myofascial sindrom m.levator scapula adalah area tender lokal, yang sering disebut titik pemicu, dalam otot yang terlibat. Kadang-kadang band ketat otot serat dapat teraba dalam otot, ada pembatasan gerakan pada peregangan kelompok otot yang terlibat dan mungkin ada kelemahan pada isometrik kontraksi (Sambrook dkk, 2010).
2.3.2 Etiologi
Keadaan Myofasial sindrom m.levator scapula disebabkan oleh akut overload otot, karena kronis fatique berlebihan atau trauma langsung dan sering dipicu oleh menggunakan keyboard dalam posisi abnormal dengan leher yang diputar, tetapi dapat terjadi di olahraga misalnya berenang, dan sering rotasi leher (Sambrook dkk ,2010, hal : 120-121).
2.3.3 Gambaran Klinis
Tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada pada kasus myofascial sindrom m.levator scapula ini adalah ngilu atau linu terasa saat leher aktif bergerak terutama pada musculus levator scapula, Nyeri palpasi (tenderness) pada levator scapula,
nyeri tajam di sekitar leher, sering memancar ke atas dan menyebabkan sakit kepala. Daerah leher menjadi terasa meradang. Gerakan dapat terbatas di leher dan bahu, dengan nyeri dan kekakuan memburuk ketika mencoba banyak gerakan
2.3.4 Pemeriksaan
2.3.4.1 Tes orientasi :
Rotasi leher : Terbatas/nyeri
2.3.4.2 PFD
Gerakan aktif :     Fleksi, rotasi dan lateral fleksi : ngilu/nyeri dan terbatas
Elevasi lengan/bahu : Ngilu/nyeri
Gerakan pasif : Ngilu/nyeri
Gerakan TIMT : Kadang (-)
2.3.5 Diagnosis Medis
Myofascial sindrom m. levator scapula
Gambar 2.8 titik nyeri m.levator scapula
2.3.6 Prognosis
Merupakan ramalan mengenai penyakit yang dapat meliputi berbagai aspek:
Qua ad vitam                      : Bonam
Qua ad sanam                      : Bonam
Qua ad fungsional               : Bonam
Qua ad cosmeticam             : Bonam
2.4 Deskripsi Problematika Fisioterapi
Problematika yang sering terjadi pada kondisi myofascial sindrom levator scapula sebenarnya sangat komplek sehingga dapat menimbulkan berbagai gamgguan yang meliputi impairment, fungsional limitation dan disability.
2.4.1 Impairment
Problematika yang muncul pada kondisi myofascial sindrom m.levator scapula adanya nyeri tekan dan nyeri gerak pada musculus levator scapula, adanya keterbatasan  gerak, ngilu atau linu terasa saat leher aktif bergerak terutama pada musculus levator scapula, sering memancar ke atas dan menyebabkan sakit kepala. Nyeri palpasi (tenderness) pada levator scapula.
2.4.2 Fungsional limitation
Pada fungsional limitation adanya gangguan Activity of Daily Living seperti menoleh dan mengangkat bahu.
2.4.3 Disability
Disability merupakan ketidak mampuan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan pasien yaitu penderita mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas karena adanya gangguan keterbatasan gerak pada leher dan adanya spasme. Gangguan tersebut antara lain : keterbatasan gerak dan nyeri pada saat menoleh  dan mengangkat bahu.

2.5  Teknologi Intervensi Fisioterapi
Teknologi yang digunakan untuk mengurangi permasalahan yang timbul pada kondisi myofascial sindrom musculus levator scapula adalah micro wave diathermy (MWD), Senam Cailliet exercise dan contract relax strecth (CRS), serta Friction.
2.5.1 MWD (Microwave Diathermy)
                             Adalah arus bolak-balik berfrekuensi dengan panjang gelombang 11 meter atau sering disebut energi elektromagnetik 27 MHz, dan merupakan terapi panas yang dapat digunakan pada tubuh yang mempunyai efek-efek (Sujatno, 1993).
                     2.5.1.1 Efek fisiologis
2.5.1.1.1 Perubahan panas dan temperatur
                                               2.5.1.1.1.1 Reaksi lokal jaringan
                                                   Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal ±13% tiap kenaikan temperatur 10c, meningkatkan vasomotion spincter sehingga timbul homestatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.
 2.5.1.1.1.2 Reaksi general
Aktifnya sistem thermoreguler dihipotalamus yang mengakibatkan kenaikan temperatur tubuh secara general.


2.5.1.1.2 Concensual efek
Timbulnya efek panas pada sisi kolateral dari segmen yang sama, penetrasi dan perubahan temperatur lebih dalam dan luas.
2.5.1.1.3 Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5-6 kali lebih baik seperti pada jaringan collagen kulit, otot, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya viscisitas matrik jaringan.
2.5.1.1.4 Jaringan otot
Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan tonus otot lewat normalisasi nocisensorik, kecuali hipertonic otot akibat emosional.
2.5.1.1.5 Jaringan saraf
Jaringan saraf meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf, meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsangan.
 2.5.1.2 Efek terapeutik
2.5.1.1 Penyembuhan luka/ trauma pada jaringan lunak, meningkatkan proses    perbaikan jaringan secara fisiologis dan pada fase remodeling.
2.5.1.2 Nyeri, hipertoni, gangguan vascularisasi, menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot lewat efek sedatif, perbaikan sistem metabolisme.
2.5.1.3   Gangguan konduktivitasdan thermal jaringan saraf.
 2.5.1.3 Indikasi
Beberapa contoh indikasi yang banyak digunakan :
2.5.1.1 Kelainan-kelainan pada tulang, sendi dan otot misanya RA post traumatik.
2.5.1.2 Kelainan-kelainan pada saraf perifer seperti neuropati dan neuralgia.
 2.5.1.3 Kontra indikasi
Pemberian MWD harus memperhatikan hal-hal berikut :
Logam dalam tubuh, jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan, gangguan sensibilitas, setelah menjalani terapi rontgen dan menstruasi.
2.5.2 Senam Cailliet Exercise
Neck Cailliet Exercise adalah salah satu terapi latihan isometrik kontraksi dengan menahan tahanan maksimal dan diakhiri dengan relaksasi. Metode Neck Cailliet Exercise dapat digunakan untuk mengatasi spasme otot dan untuk memelihara atau meningkatkan kekuatan otot leher untuk memperoleh ketahanan statis dan dinamis leher, memelihara luas gerak sendi dan kelenturan leher, serta memperoleh postur yang benar dengan terkoreksinya muscle imbalance (Rosyidi,2009).
Tahapan pelaksanaan senam menurut mardhotillah, 2010 :
2.5.2.1.Pemanasan:
2.5.2.1.1. Kepala menoleh ke kanan dan ke kiri dengan hitungan 8    kali.
2.5.2.1.2.  Kepala di arah ke atas dan ke bawah
2.5.2.1.3. Kepala diputar dari arah kanan ke kiri dan sebaliknya  sebanyak 8 kali putaran.
2.5.2.2.Inti:
2.5.2.2.1. Letakkan kedua tangan di dagu dan dorong ke belakang, namun kepala menekan ke arah depan (arahnya berlawanan) sehingga terasa jika ada kontradiksi. Tujuannya untuk menguatkan otot cervical.
2.5.2.2.2. Letakkan tangan kanan di kepala bagian kanan, letaknya di atas telinga. Lakukan tekan yang sama seperti gerakan pertama. Lakukan sekitar 5 hitungan atau 5 detik.
2.5.2.2.3. Lakukan hal yang sama pada sisi kepala bagian kiri.
2.5.2.2.4. Contract Relax Stretching, kepala menunduk dan diputar keluar.
2.5.2.3.Penutup: Gerakan hampir sama dengan pemananasan.
2.5.3 Friction (gerusan)
Adalah gerakan kecil dan dalam serta efek lokal pada perlengketan jaringan (kekakuan pada umumnya). Dan pada kondisi tertentu manipulasi ini tidak dapat digunakan pada massage kesegaran jasmani, karena tehnik ini pergerakannya putus-putus dan berbentuk sirkuler. Manipulasi Friction untuk merangsangi serabut syaraf dan otot-otot yang terletak didalam dari permukaan tubuh (Tappan, 1988) .
Pelaksanaan friction dapat menggunakan ujung-ujung jari untuk daerah yang berlekuk-lekuk sempit, terutama untuk otot-otot di kiri kanan ruas-ruas tulang belakang (Tappan, 1998).
2.5.3.1 Indikasi dan Kontra – indikasi 
2.5.3.1.1  Indikasi  adalah suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat atau tepat diberikan, serta akan memberi pengaruh yang positif terhadap tubuh:
2.5.3.1.1.1 Kelelahan yang sangat
2.5.3.1.1.2 Otot kaku, lengket, tebal, dan nyeri sendi
2.5.3.1.1.3 Gangguan atau ketegangan syaraf, kelayuan atau kelemahan otot
2.5.3.1.2  Kontra-indikasi
2.5.3.1.2.1 Tubuh sedang dalam keadaaan demam
2.5.3.1.2.2 Menderita penyakit menular (thypus, cacar, tuberculose paru-paru dan lain-lain)
2.5.3.1.2.3 Menderita pengapuran pembuluh darah arteri (arteriosclerosis)
2.5.3.1.2.4 Menderita penyakit kulit (eksema, luka-luka lama yang memborok dll)
2.5.3.1.2.5 Akibat benturan, keseleo, melakukan gerak tiba-tiba atau gerak yang berlebihan, baik luka-luka di luar (terbuka) maupun di dalam jaringan (tertutup)
2.5.3.1.2.6 Bekas luka, bekas cedera, sendi yang terkilir, patah tulang 
2.5.3.1.3 Efek dari massage friction :
2.5.3.1.3.1 Mobilisasi jaringan profundal
2.5.3.1.3.2 Meningkatkan aliran darah
2.5.3.1.3.3 Mengurangi terjadi hematoma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar